1. Isra’ Mi’raj adalah perjalanan yang nyata, bukan perjalanan ruhani/mimpi atau khayalan.
Sungguh
tak bisa dibayangkan apabila perjalanan Isra’ Mi’raj yang Rasulullah
jalankan merupakan hanya perjalanan ruhani alias hanya mimpi, karena
jika hal itu yang terjadi maka perjalanan Isra’ Mi’raj tidak ada bedanya
dengan wahyu-wahyu yang Rasulullah terima baik melalui bisikan Jibril
maupun dari mimpi. Sehingga peristiwa Isra’ Mi’raj tidak bisa dijadikan
pembuktian keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sepulangnya Rasulullah
dari perjalanan Isra’ dan Mi’raj-nya, beliau mengumumkan tentang apa
yang telah dialaminya semalam kepada kaumnya. Dan sebagaimana yang
diceritakan oleh Rasulullah bahwa perjalanan Isra’ Mi’raj tersebut
sebuah perjalanan yang dilakukannya dengan jiwa dan ruhnya, maka
seketika itu banyak dari kaum Quraisy yang menentang dan mencemoohnya
dengan sebutan ‘gila’. Kaumnya beranggapan mana mungkin perjalanan dari
Masjidil Haram yang di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada di negeri Syam
(Palestina) hanya dengan waktu semalaman, padahal mereka jika hendak ke
negeri Syam untuk berdagang membutuhkan waktu hingga 1 bulan lamanya.
Tak pelak peristiwa Isra’ Mi’raj yang menurut mereka tidak masuk akal
membuat beberapa orang yang baru masuk Islam tergoyahkan keimanannya dan
kembali menjadi murtad.
2. Isra’ Mi’raj adalah jamuan kemuliaan
dari Allah, penghibur hati, dan pengganti dari apa yang dialami
Rasulullah SAW ketika berada di Thaif yang mendapatkan penghinaan,
penolakan dan pengusiran.
Sebelum peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi,
Rasulullah SAW terus mengalami ujian yang sangat berat. Mulai dari
embargo ekonomi hingga dikucilkan dari kehidupan sosial yang dilakukan
oleh Kaum Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib, kemudian
cobaan yang sangat berat diterima oleh Rasulullah SAW adalah
meninggalnya orang-orang yang terkasihinya dalam waktu yang berdekatan
yaitu meninggalnya pamannya Abu Thalib bin Abdul Muthalib serta istrinya
tercinta Khadijah yang selalu menemaninya dan mendukungnya dengan jiwa,
raga dan hartanya dalam perjalanan dakwah Rasulullah. Lalu hingga
pengusiran, penolakan dan penghinaan kepada apa yang Rasulullah
dakwahkan kepada penduduk kota Thaif.
3. Isra’ bukanlah peristiwa
yang sederhana. Tetapi peristiwa yang menampakkan ayat-ayat (tanda-tanda
kekuasaan) Allah yang paling besar.
Sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam surat Al-Isra’: 1 dan An-Najm: 13-18 bahwa peristiwa
Isra’ dan Mi’raj merupakan pembuktian dan menampakkan tentang
tanda-tanda kekuasaan Allah yang paling besar. Peristiwa Isra’ Mi’raj
mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada yang tidak bisa Allah lakukan,
dan hal tersebut terkadang masih saja di antara kita yang meragukan
tentang kekuasaan Allah yang sangatlah besar, sehingga membuat kita
menjadi ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya.
4. Peristiwa Isra’ Mi’raj membuktikan bahwa risalah yang dibawa oleh Rasulullah adalah bersifat universal.
Perjalanan
Isra’ dari Masjidil Haram yang ada di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada
di Syam melintasi ribuan kilometer yang jauh dari Mekah tempat
Rasulullah dilahirkan, hal ini Allah ingin membuktikan bahwa ajaran yang
Rasulullah bawa bukan hanya untuk penduduk Mekah saja tetapi untuk
seluruh wilayah yang ada di bumi ini. Setibanya Rasulullah SAW di
Masjidil Aqsha, beliau memimpin shalat para Nabi dan Rasul-Rasul Allah.
Hal tersebut menandakan bahwa baginda Rasulullah SAW merupakan pemimpin
dan penghulu para Nabi dan Rasul yang telah Allah turunkan sebelumnya.
Dan agama Islam beserta syariatnya yang Rasulullah bawa menjadi ajaran
dan syariat yang berlaku untuk seluruh kaum dan umat manusia di seluruh
dunia.
5. Dalam Isra’ Mi’raj diturunkannya perintah shalat wajib 5 kali dalam sehari.
Ketika
Rasulullah sampai di Sidratul Muntaha dan menghadap kepada Allah, lalu
Allah menurunkan syariat shalat 5 waktu kepada Rasulullah SAW dan kepada
para umatnya. Dan perintah shalat yang Rasulullah terima menjadi
perintah yang Rasulullah pegang erat dan Rasulullah teguhkan kepada
umatnya agar jangan sampai umatnya melalaikannya, karena ibadah shalat
menjadi kunci utama diterimanya amalan-amalan umatnya yang lainnya
hingga sampai Rasulullah mewasiatkannya pada detik-detik meninggalnya
Rasulullah saw.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan